Senin, 15 Oktober 2012

Pertumbuhan Produksi Padi 5 Persen Sulit Dicapai

TEMPO.COTEMPO.CO – 1 jam 7 menit lalu TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Suswono pesimistis produksi padi tahun ini bisa mencapai pertumbuhan di atas 5 persen dibandingkan tahun lalu. Sebab musim kemarau panjang dinilai telah mengakibatkan beberapa wilayah mengalami gagal panen. »Saya kira tidak bisa (lebih dari 5 persen), karena kemarau agak panjang. Jadi beberapa yang gagal panen akibat kekeringan banyak walaupun tidak terlalu mempengaruhi produksi nasional,” kata Suswono saat ditemui usai konferensi pers Hari Pangan Se-dunia, di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin, 15 Oktober 2012. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Angka Ramalan (Aram) I tahun 2012, produksi padi diperkirakan naik 4,31 persen, dari 65,76 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) menjadi 68,59 juta ton GKG. Suswono mengatakan pada Aram II yang akan dirilis 1 November mendatang, produksi padi diyakini lebih tinggi dari angka 4,31 persen namun tidak sampai 5 persen. Meskipun peningkatan produksi tidak sampai 5 persen namun Suswono tetap meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) mengoptimalkan serapan gabah dan beras dalam negeri. Dia berharap Bulog mampu menyerap hingga 600 ribu ton beras di sisa 3 bulan terakhir ini agar stok beras nasional bisa menyamai posisi stok 2009 lalu. Dengan serapan hingga 600 ribu ton ini, dia meyakini volume impor bisa dikurangi. »Tapi, kalaupun Bulog akan impor pasti jumlahnya di bawah 1 juta ton,” ujarnya. Namun, lanjutnya, dalam rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian telah diungkap bahwa stok beras di gudang Bulog pada akhir tahun ini diperkirakan hanya 1 juta ton. Sedangkan pemerintah meminta Bulog memiliki stok 1,5-2 juta ton beras, sehingga sisa kebutuhan untuk mengisi stok itu akan dipenuhi dari impor. »Tapi seingat saya Menteri Perdagangan sudah mengeluarkan izin impor maksimal satu juta ton sampai akhir Desember,” ia mengungkapkan. Sepanjang tahun ini, Indonesia telah mengimpor 996,23 ribu ton beras dengan nilai US$ 562,3 juta atau sekitar Rp 5,3 triliun. Berdasarkan data BPS, hingga Juli 2012, beras impor terbanyak datang dari Vietnam yaitu 491 ribu ton dengan nilai US$ 284 juta. Kemudian impor beras terbanyak kedua datang dari Thailand yaitu 268,5 ribu ton dengan nilai US$ 157,1 juta. Beras dari India, hingga Juli lalu, sebanyak 165,3 ribu ton beras dengan nilai US$ 80,9 juta. Pemerintah juga mendatangkan beras dari Pakistan sebanyak 58,2 ribu ton dengan nilai US$ 23,1 juta dan beras dari Cina sebanyak 3.098 ton dengan nilai US$ 11,2 juta. Namun, pada bulan Juli lalu, impor beras dari Cina tercatat tidak ada. Suswono mengaku tidak tahu menahu soal realisasi impor tersebut. »Soal itu saya belum tahu, harus dicek dulu,” katanya. Pada kesempatan yang sama, Pejabat Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini mengaku belum mengetahui jumlah impor beras tahun ini. Namun, ia mengatakan, setiap bulan memang ada beras khusus yang masuk. Beras khusus ini akan dibatasi volumenya, seperti halnya pada beras ketan yang diimpor 110 ribu ton tahun ini. »Kalau beras untuk Bulog itu terakhir masuk Januari lalu. Sejak Februari sudah tidak ada yang masuk,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar